LAPORAN PRAKTIKUM
“PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL”
Disusun Oleh:
1.
OKY PURWO TEO P (12030654054)
2.
WILLIARKO FIRDAUS (12030654203)
3.
DZA’INA DZUUN NI’MAH (12030654210)
4.
HUNI HINDRATI (12030654212)
5.
A.H. BAHROINI ILMA (12030654233)
6.
PUNGKY DILAKA PUTRI (12030654240)
PENDIDIKAN SAINS 2012 B
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
PENENTUAN
TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL
ABSTRAK
Telah
kami lakukan praktikum tentang penentuan tekanan
osmosis cairan sel di Laboratorium Sains Unesa
pada hari Senin tanggal 26 Mei 2014
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel
yang terplasmolisis dan menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda
plasmolisis. Adapun metode yaitu menyiapkan 8 buah cawan petri yang berisi dengan 5 ml konsentrasi larutan sukrosa 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18
M; 0,16 M;0,14 M. Setelah
itu mengambil daun Rhoe discolor dan
menyayat lapisan epidermis yang berwarna dengan pisau silet. Setelah itu
memasukkan sayatan-sayatan epidermis daun tersebut pada cawan petri yang sudah
berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu dan didiamkan selama 30
menit. Setelah 30 menit, sayatan diambil
dan diperiksa di bawah mikroskop. Setelah itu menghitung jumlah seluruh sel
pada satu lapang padang, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah
sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya dan dimasukkan ke dalam tabel
hasil pengamatan. Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa adanya pengaruh konsentrasi larutan
sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis. Pengaruhnya yakni semakin tinggi kosentrasi larutan sukrosa, sel yang
mengalami plasmolisis juga semakin besar jumlahnya. Konsentrasi larutan
sukrosa yang menyebabkan 50% sel mengalami plasmolisis adalah 0,26 M.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada dasarnya
pengangkutan air melalui membran sel dapat terjadi secara pasif maupun secara
aktif. Pengangkutan secara pasif terjadi jika mengikuti arah gradien
konsentrasi, artinya dari larutan yang memiliki konsentrasi tinggi menuju
larutan yang memilki konsentrasi rendah. Proses ini terjadi tanpa memerlukan
energi hasil metabolisme. Sedangkan pada proses pengangkutan secara aktif
memerlukan energi hasil metabolisme seperti ATP (Adenosin Tri Phospat) karena
prosesnya terjadi melawan arah gradient konsentrasi.
Jika sebatang tanaman
air tawar atau darat diletakkan ke dalam air laut sel – selnya dengan cepat
kehilangan turgornya dan tanaman tersebut menjadi layu. Hal ini
disebabkan karena air laut itu hipertonik terhadap sitoplasma. Dengan demikian
air berdifusi dari sitoplsama ke air laut sehingga sel – sel itu mengkerut.
Keadaan ini disebut Plasmolisis. ( Kimball, 1994 ). Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya
protoplasma dari dinding sel karena keluarnya sebagian air dari vakuola.
Keadaan volume vakuola tepat untuk menahan protoplasma agar tetap menempel pada
dinding sel, sehingga kehilangan air sedikit saja akan berakibat lepasnya
protoplasma dari dinding sel.
Tekanan osmosis cairan
dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan yang mempunyai tekanan
osmosis sama dengan cairan tersebut. Dalam cara ini kita dapat mengambil
patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel. Dalam keadan insipien
plasmolisis tekanan osmosis cairan sel adalah sama dengan tekanan osmosis
larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisis dapat dilihat
dibawah mikroskop sebagai suatu percobaan. ( Lakitan, 2004 ).
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang penentuan tekanan osmosis cairan
sel dengan metoda plasmolisis, maka dilakukanlah praktikum ini yang mana
bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
prosentase sel yang terplasmolisis serta menghitung tekanan osmosis cairan sel
dengan metoda plasmolisis dengan menggunakan tanaman Rhoe discolor yang jaringan epidermisnya mengandung cairan sel yang
berwarna.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan sukrosa
terhadap prosentase sel yang terplasmolisis?
2.
Bagaimanakah cara
menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis?
C.
Tujuan
Tujuan
praktikum ini adalah:
1.
Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa
terhadap prosentase sel yang terplasmolisis.
2.
Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda
plasmolisis.
D.
Hipotesis
“Semakin tinggi kosentrasi larutan
sukrosa, sel yang mengalami plasmolisis juga semakin besar jumlahnya.”
BAB II
DASAR TEORI
A.
Osmosis
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu
proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air
melaui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat
berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi
karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya
osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa
proses osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan
masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.
Osmosis adalah perpindahan air melalui
membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih
pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh
zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. (dikutip
dari id.wikipedia.org/wiki/osmosis)
Proses
osmosis dapat mengakibatkan kerusakan sel. Air akan masuk ke dalam sel jika
konsentrasi larutan dalam sel tinggi sehingga terjadi endosmosis akibatnya sel
mengalami kehancuran karena robeknya membran plasma. Air dalam sel akan keluar
jika konsentrasi larutan di luar sel tinggi dan terjadi eksosmosis yang akan
mengakibatkan terlepasnya membran dari dinding sel.
Osmosis
ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan kemampuan
molekul air untuk dapat melakukan difusi. Potensial kimia zat terlarut kurang
lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang difusi
cenderung bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah
yang lebih kecil. Potensial air adalah sesuatu yang sama dengan potensial kimia
air dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada
tekanan atmosfer dan suhu yang sama. Potensial air akan negatif apabila
potensial kimia air di dalam sistem lebih rendah daripada air murni dan akan
positif apabila potensial kimia air dalam sistem lebih beasar dari air murni.
Osmosis terjadi dari larutan yang
hipertonis menuju larutan yang hipotonis, asal saja potensial air pada larutan
yang hipertonis lebih besar daripada larutan hipotonis. Tekanan yang diberikan
atau yang timbul dalam sistem ini disebut potensial tekanan dan di didalam
kehidupan tumbuhan potensial tekanan dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor.
Tekanan torgor yaitu tekanan yang terjadi di dalam sel karena adanya osmosis
melewati membran sel. Bila isi sel menyerap larutan, terjadilah tekanan turgor
yang menekan membran plasma ke luar ke arah dinding sel. Karena dinding sel
tumbuhan merupakan massa yang sedikit. Nilai potensial tekanan dapat bernilai
positif, nol, atau negatif. Di dalam proses osmosis, disamping komponen
potensial air dan potensial tekanan, terdapat pula potensial osmotik. Air
merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan. Air merupakan 85 – 95 %
berat tumbuhan herba yang hidup di air. Dalam sel, air diperlukan sebagai
pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan untuk mengangkutnya; selain itu air
diperlukan juga untuk berbagai reaksi biokimia misalnya proses fotosintesis;
dan air dapat menyebabkan terbentuknya enzim. Tanaman yang kekurangan air akan
menjadi layu, dan apabila tidak diberikan air secepatnya akan terjadi layu
permanen yang dapat menyebabkan kematian.
Di
dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan
dan potensial osmosis. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi
potensial air, sedangkan potensial osmosis menujukkan setatus larutan di dalam
sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tersubut ke dalam larutan yang telah di ketahui potensial airnya,
maka potensial air jaringan tersebut dapat diketahui. Hubungan antara nilai
potensial air (PA), potensial osmotic (PO), dan potensial tekanan (PT) dapat
dinyatakan hubungan sebagai berikut:
Adanya
potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel, sedangkan
potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung
meninggalkan sel. Penentuan nilai osmotic cairan sel dapat pula dilakukan
dengan metode “Chardakov”. Penentuan nilai osmotik ini sudah sejak lama dikenal
oleh V.S Chardakov yang berasal dari Rusia. Cara ini relative lebih mudah,
akurat, dan mudah diterapkan dilapangan. Perhitungan nilai potensial osmotic
cairan sel dengan metode Chardakov ini didasarkan pada perubahan konsentrasi
larutan akibat adanya penyerapan larutan oleh jaringan yang direndam atau
adanya pengeluaran cairan dari jaringan yang direndam di dalam larutan. Dalam
metode Chardakov, gerakan partikel-partikel zat terlarut dari dalam jaringan/larutan
diabaikan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi potensial osmotik :
1.
Konsentrasi
Meningkatnya
konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial osmotiknya.
2.
Ionisasi molekul zat terlarut
Potensial
osmotik sutu larutan tidak ditentukan oleh macamnya zat, tetapi ditentukan oleh
jumlah partikel yang terdapat didalam larutan tersebut, yaitu ion, molekul, dan
partikel koloida.
3.
Hidrasi molekul zat terlarut
Air yang berasosiasi
dengan patikel zat terlarut biasanya disebut sebagai air hidrasi. Air dapat berasosiasi dengan ion, molekul, atau
partikel koloida sehingga menyebabkan
larutan menjadi lebih pekat.
4.
Suhu
Potensial
osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu. Potensial
osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya.
5.
Imbisisi
Imbibisi
adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, seperti
protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, dan zat-zat lainya yang menyebabkan
zat-zat tersebut mengembang setelah menyerap air tadi. Kemampuan zat tersebut
untuk menyerap air disebut potensial matriks atau potensial imbibisan dan
prosesnya disebut hidrasi atau imbibisi juga ditentukan oleh adanya zat
terlarut di dalam air. Semakin pekat larutan, semakin lambat imbibisi. Ion-ion
tertentu juga mempengarui kecepatan imbibisi.
B. Plasmolisis
Plasmolisis adalah peristiwa
terlepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel tumbuhan. Plasmolisis
terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi
(hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor,
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini
layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis :
tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel
terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan
membran. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di
alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel
pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis,
seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki
pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas. Sedangkan peristiwa
deplasmolisa adalah kebalikan dari peristiwa plasmolisa. Hal ini dimungkinkan
apabila sel yang telah terplasmolisa direndam kembali ke dalam air.
Untuk mengetahui nilai potensial osmotic
cairan sel salaha satunya dapat digunakna dengan metode plasmolisis. Metode ini
ditempuh dengan cara mennetukan pada konsentrasi sukrosa berupa jumlah sel yang
mengalami plasmolisis 50 %. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50 % sel
terplasmolisis diketahui, maka nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dengan . TO = tekanan osmotic
M = konsenttrasi larutan yang menyebabkan
50 % sel terplasmolisis
T = temperature mutlak ( 273 + toC)
Tekanan
sel bernilai positif, sedangkan nilai potensial osmotic negatif.
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan
akan menurunkan nilai potensial osmotiknya. Bila zat terlarut bukan zat
terlarut dan molekulnya tidak mengikat air hidrasi, maka potensial osmotik
larutan tersebut pasti akan sebanding dengan konsentrasi molalnya.
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Rancangan Percobaan
|
|
|
|
|
B. Alat dan Bahan
Alat:
1. Mikroskop
listrik 1 buah
2. Cawan
petri 8 buah
3. Kaca
benda 1 buah
4. Kaca
penutup 1 buah
5. Pisau
silet 1 buah
6. Gelas
ukur 1 buah
Bahan:
1. Daun
Rhoe discolor yang jaringan
epidermisnya mengandung cairan sel yang berwarna.
2. Larutan
sukrosa dengan molaritas 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M
dan 0,14 M.
3. Alkohol
C. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel Kontrol
Variabel
kontrol adalah variabel yang sengaja dibuat sama kondisinya. Variabel kontrol
pada praktikum ini adalah jenis tanaman (Rhoe
discolor).
Variabel Manipulasi
Variabel manipulasi adalah variabel yang sengaja dibuat tidak
sama. Variabel
manipulasi pada praktikum ini adalah larutan sukrosa dengan molaritas yang
berbeda-beda (0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M dan 0,14
M)
Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang terjadi akibat perlakuan
variabel bebas. Variabel terikat pada praktikum ini adalah prosentase
sel yang terplasmolisis.
D. Langkah Percobaan
Langkah awal adalah menyiapkan menyiapkan larutan
sukrosa dengan molaritas yang berbeda-beda (sudah disediakan laboratorium,
tidak membuatnya terlebih dahulu). Kemudian menyiapkan 8 buah cawan petri dan
dibersihkan dengan alkohol, setelah itu mengisinya dengan 5 ml larutan sukrosa
yang telah disediakan dan memberi label masing-masing cawan petri berdasarkan
konsentrasi larutan. Setelah itu mengambil daun Rhoe discolor dan menyayat lapisan epidermis yang berwarna dengan
pisau silet. Setelah itu memasukkan sayatan-sayatan epidermis daun tersebut
pada cawan petri yang sudah berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu
dan didiamkan selama 30 menit. Setelah
30 menit, sayatan diambil dan diperiksa di bawah mikroskop. Setelah itu
menghitung jumlah seluruh sel pada satu lapang padang, jumlah sel yang
terplasmolisis dan prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel
seluruhnya dan dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. DATA
Berdasarkan praktikum penentuan tekanan osmosis
cairan sel yang telah kami lakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah seluruh sel, jumlah
sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel yang terplasmolisis terhadap
jumlah sel seluruhnya.
Cawan
Petri
|
Konsentrasi
Sukrosa
(M)
|
Jumlah
Seluruh Sel
|
Jumlah
Sel Terplasmolisis
|
Prosentase
Sel Terplasmolisis (%)
|
1
|
0,14
|
177
|
22
|
12,43
|
2
|
0.16
|
150
|
11
|
7,33
|
3
|
0,18
|
147
|
33
|
22,45
|
4
|
0,20
|
192
|
14
|
7,29
|
5
|
0,22
|
207
|
47
|
22,70
|
6
|
0,24
|
218
|
25
|
11,47
|
7
|
0,26
|
201
|
46
|
31,45
|
8
|
0,28
|
140
|
12
|
8,27
|
- ANALISIS DATA
Berdasarkan praktikum penentuan tekanan osmosis
cairan sel yang telah kami lakukan didapatkan data yaitu:
Pada
tabel 1. Tentang jumlah seluruh sel, jumlah sel yang terplasmolisis dan
prosentase jumlah sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya
didapatkan hasil sebagai berikut: Pada cawan petri 1 yang berisi sayatan
epidermis daun Rhoea discolor dengan
5 ml konsentrasi sukrosa 0,14 M, jumlah seluruh selnya 177, jumlah sel
terplasmolisisnya 22, dan prosentase sel terplasmolisisnya 12,43 %. Pada cawan
petri 2 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea
discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,16 M, jumlah seluruh selnya 150,
jumlah sel terplasmolisisnya 11, dan prosentase sel terplasmolisisnya 7,33 %.
Pada cawan petri 3 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,18 M, jumlah
seluruh selnya 147, jumlah sel terplasmolisisnya 33, dan prosentase sel
terplasmolisisnya 22,45 %. Pada cawan
petri 4 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea
discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,20 M, jumlah seluruh selnya 192,
jumlah sel terplasmolisisnya 14, dan prosentase sel terplasmolisisnya 7,29 %.
Pada cawan petri 5 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,22 M, jumlah
seluruh selnya 207, jumlah sel terplasmolisisnya 47, dan prosentase sel
terplasmolisisnya 22,70 %. Pada cawan petri 6 yang berisi sayatan epidermis
daun Rhoea discolor dengan 5 ml
konsentrasi sukrosa 0,24 M, jumlah seluruh selnya 218, jumlah sel
terplasmolisisnya 25, dan prosentase sel terplasmolisisnya 11,47 %. Pada cawan
petri 7 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea
discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,26 M, jumlah seluruh selnya 201,
jumlah sel terplasmolisisnya 46, dan prosentase sel terplasmolisisnya 31,45 %.
Pada cawan petri 8 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,28 M, jumlah
seluruh selnya 140, jumlah sel terplasmolisisnya 12, dan prosentase sel
terplasmolisisnya 8,27 %.
Grafik hubungan konsentrasi larutan
sukrosa dengan prosentase sel yang mengalami plasmolisis
BAB V
PEMBAHASAN
Dari data dan analisis diatas diperoleh bahwa
dengan meletakkan sayatan lapisan epidermis Rhoe discolor yang berwarna ungu
pada larutan sukrosa yang konsentrasinya kecil (0,14 M) maka jumlah atau
prosentase sel yang mengalami plasmolisis sedikit, sedangkan sayatan lapisan
epidermis Rhoe discolor yang berwarna pada larutan sukrosa yang konsentrasinya
paling tinggi (0,28) maka jumlah atau prosentase sel yang mengalami plasmolisis
justru semakin sedikit. Ini terjadi sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan
teori, bahwa semakin besar nilai konsentrasi suatu larutan , maka semakin
banyak jumlah sel yang terplasmolisis. Namun berbeda degan data yang diperoleh
.
Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena
sayatan epidermis yang terlalu tipis sehingga banyak sel yang rusak sebelum
diberi perlakuan dan pada saat dilakukan penghitungan pada satu lapang itu
keseluruhan sel yang terplasmolisis dan sel yang telah rusak dari awal
terhitung yang menyebabkan tidak sesuai dengan teori .
BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh konsentrasi
larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis. Pengaruhnya yakni semakin tinggi kosentrasi larutan sukrosa, sel yang
mengalami plasmolisis juga semakin besar jumlahnya. Konsentrasi larutan
sukrosa yang menyebabkan 50% sel mengalami plasmolisis adalah 0,26 M. Untuk
menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis yakni dengan
cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berupa jumlah sel yang mengalami
plasmolisis 50 %. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50 % sel
terplasmolisis diketahui, maka nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dan
hasil Tekanan
osmosis (TO) sel praktikum kami adalah 6,442 atm.
DAFTAR PUSTAKA
Rachmadiarti, Fida,
dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya Press.
Rahayu,
Yuni Sri, dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
FMIPA Unesa.
Sasmitahardja,
Dradjat, dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Depdikbud.
LAMPIRAN
I.
TUGAS
1. Hitung
nilai potensial osmotik cairan sel daun Rhoe
discolor
2. Jelaskan
penyebab terjadinya plasmolisis
Jawaban
1.
= 6,442
atm
Potensial
osmotik = - tekanan osmotik
= -6,442
2. Penyebab
terjadinya plasmolisis:
a. Faktor
penyebab plasmolisis di antaranya adalah ditempatkannya sel di lingkungan
hipertonik, yaitu pada konsentrasi zat terlarut terlalu tinggi (larutan
sukrosa) sehingga potensial osmosis juga semakin tinggi.
b. Penyebab
langsung plasmolisis adalah adanya larutan luar yang yang lebih pekat dari
pada cairan vakoula, larutan seperti itu disebut hipertonik terhadap cairan
vakoula. Plasmolisis dapat memberikan gambaran untuk menentukan besarnya
nilai osmosis sebuah sel.
II.
FOTO
PRAKTIKUM
Larutan sukrosa 0,22 M
Larutan sukrosa 0,28 M Larutan sukrosa 0,26 M
Larutan sukrosa 0,20 M Larutan
sukrosa 0,18 M Larutan sukrosa
0, 24 M
Larutan sukrosa 0, 16 M Larutan sukrosa 0, 14 M
Sayatan Rhoe discolor dalam kaca preparat
|
|
|
|
|
|
|
|
III.
HITUNGAN
Prosentase
sel yang terplasmolisis:
1. Larutan
sukrosa 0,14 M
=
=
2. Larutan
sukrosa 0,16 M
=
=
3. Larutan
sukrosa 0,18 M
=
=
4. Larutan
sukrosa 0,20 M
=
=
5. Larutan
sukrosa 0,22 M
=
=
6. Larutan
sukrosa 0,24 M
=
=
7. Larutan
sukrosa 0,26 M
=
=
8. Larutan
sukrosa 0,28 M
=
=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar