Kamis, 18 Desember 2014

tekanan osmotik cairan sel

LAPORAN PRAKTIKUM
PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL

Unesa Putih.jpg






Disusun Oleh:

1.      OKY PURWO TEO P                     (12030654054)
2.      WILLIARKO FIRDAUS                (12030654203)
3.      DZA’INA DZUUN NI’MAH           (12030654210)
4.      HUNI HINDRATI                            (12030654212)
5.      A.H. BAHROINI ILMA                  (12030654233)
6.      PUNGKY DILAKA PUTRI            (12030654240)
PENDIDIKAN SAINS 2012 B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014

PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL
ABSTRAK
Telah kami lakukan praktikum  tentang penentuan tekanan osmosis cairan sel di Laboratorium Sains Unesa pada hari Senin tanggal 26 Mei  2014  yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis dan menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis. Adapun metode yaitu menyiapkan 8 buah cawan petri yang berisi dengan 5 ml konsentrasi larutan sukrosa 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M;0,14 M. Setelah itu mengambil daun Rhoe discolor dan menyayat lapisan epidermis yang berwarna dengan pisau silet. Setelah itu memasukkan sayatan-sayatan epidermis daun tersebut pada cawan petri yang sudah berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu dan didiamkan selama 30 menit.  Setelah 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa di bawah mikroskop. Setelah itu menghitung jumlah seluruh sel pada satu lapang padang, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya dan dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan. Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis. Pengaruhnya yakni semakin tinggi kosentrasi larutan sukrosa, sel yang mengalami plasmolisis juga semakin besar jumlahnya. Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel mengalami plasmolisis adalah 0,26 M.






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada dasarnya pengangkutan air melalui membran sel dapat terjadi secara pasif maupun secara aktif. Pengangkutan secara pasif terjadi jika mengikuti arah gradien konsentrasi, artinya dari larutan yang memiliki konsentrasi tinggi menuju larutan yang memilki konsentrasi rendah. Proses ini terjadi tanpa memerlukan energi hasil metabolisme. Sedangkan pada proses pengangkutan secara aktif memerlukan energi hasil metabolisme seperti ATP (Adenosin Tri Phospat) karena prosesnya terjadi melawan arah gradient konsentrasi.
Jika sebatang tanaman air tawar atau darat diletakkan ke dalam air laut sel – selnya dengan cepat kehilangan  turgornya dan tanaman tersebut menjadi layu. Hal ini disebabkan karena air laut itu hipertonik terhadap sitoplasma. Dengan demikian air berdifusi dari sitoplsama ke air laut sehingga sel – sel itu mengkerut. Keadaan ini disebut Plasmolisis. ( Kimball, 1994 ). Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya protoplasma dari dinding sel karena keluarnya sebagian air dari vakuola. Keadaan volume vakuola tepat untuk menahan protoplasma agar tetap menempel pada dinding sel, sehingga kehilangan air sedikit saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. 
Tekanan osmosis cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan cairan tersebut. Dalam cara ini kita dapat mengambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel. Dalam keadan insipien plasmolisis tekanan osmosis cairan sel adalah sama dengan tekanan osmosis larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisis dapat dilihat dibawah mikroskop sebagai suatu percobaan. ( Lakitan, 2004 ).
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang penentuan tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis, maka dilakukanlah praktikum ini yang mana bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis serta menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis dengan menggunakan tanaman Rhoe discolor yang jaringan epidermisnya mengandung cairan sel yang berwarna.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis?
2.      Bagaimanakah cara menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis?

C.    Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
1.      Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis.
2.      Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis.

D.    Hipotesis
“Semakin tinggi kosentrasi larutan sukrosa, sel yang mengalami plasmolisis juga semakin besar jumlahnya.”



BAB II
DASAR TEORI
A.    Osmosis
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. (dikutip dari id.wikipedia.org/wiki/osmosis)
Proses osmosis dapat mengakibatkan kerusakan sel. Air akan masuk ke dalam sel jika konsentrasi larutan dalam sel tinggi sehingga terjadi endosmosis akibatnya sel mengalami kehancuran karena robeknya membran plasma. Air dalam sel akan keluar jika konsentrasi larutan di luar sel tinggi dan terjadi eksosmosis yang akan mengakibatkan terlepasnya membran dari dinding sel.
Osmosis ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang difusi cenderung bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang lebih kecil. Potensial air adalah sesuatu yang sama dengan potensial kimia air dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama. Potensial air akan negatif apabila potensial kimia air di dalam sistem lebih rendah daripada air murni dan akan positif apabila potensial kimia air dalam sistem lebih beasar dari air murni.
            Osmosis terjadi dari larutan yang hipertonis menuju larutan yang hipotonis, asal saja potensial air pada larutan yang hipertonis lebih besar daripada larutan hipotonis. Tekanan yang diberikan atau yang timbul dalam sistem ini disebut potensial tekanan dan di didalam kehidupan tumbuhan potensial tekanan dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Tekanan torgor yaitu tekanan yang terjadi di dalam sel karena adanya osmosis melewati membran sel. Bila isi sel menyerap larutan, terjadilah tekanan turgor yang menekan membran plasma ke luar ke arah dinding sel. Karena dinding sel tumbuhan merupakan massa yang sedikit. Nilai potensial tekanan dapat bernilai positif, nol, atau negatif. Di dalam proses osmosis, disamping komponen potensial air dan potensial tekanan, terdapat pula potensial osmotik. Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan. Air merupakan 85 – 95 % berat tumbuhan herba yang hidup di air. Dalam sel, air diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan untuk mengangkutnya; selain itu air diperlukan juga untuk berbagai reaksi biokimia misalnya proses fotosintesis; dan air dapat menyebabkan terbentuknya enzim. Tanaman yang kekurangan air akan menjadi layu, dan apabila tidak diberikan air secepatnya akan terjadi layu permanen yang dapat menyebabkan kematian.
Di dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial osmosis. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmosis menujukkan setatus larutan di dalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tersubut ke dalam  larutan yang telah di ketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tersebut dapat diketahui. Hubungan antara nilai potensial air (PA), potensial osmotic (PO), dan potensial tekanan (PT) dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut:
Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Penentuan nilai osmotic cairan sel dapat pula dilakukan dengan metode “Chardakov”. Penentuan nilai osmotik ini sudah sejak lama dikenal oleh V.S Chardakov yang berasal dari Rusia. Cara ini relative lebih mudah, akurat, dan mudah diterapkan dilapangan. Perhitungan nilai potensial osmotic cairan sel dengan metode Chardakov ini didasarkan pada perubahan konsentrasi larutan akibat adanya penyerapan larutan oleh jaringan yang direndam atau adanya pengeluaran cairan dari jaringan yang direndam di dalam larutan. Dalam metode Chardakov, gerakan partikel-partikel zat terlarut dari dalam jaringan/larutan diabaikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi potensial osmotik :
1.      Konsentrasi
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial osmotiknya.
2.      Ionisasi molekul zat terlarut
Potensial osmotik sutu larutan tidak ditentukan oleh macamnya zat, tetapi ditentukan oleh jumlah partikel yang terdapat didalam larutan tersebut, yaitu ion, molekul, dan partikel koloida. 
3.      Hidrasi molekul zat terlarut
     Air yang berasosiasi dengan patikel zat terlarut biasanya disebut sebagai     air hidrasi. Air dapat berasosiasi dengan ion, molekul, atau partikel    koloida sehingga menyebabkan larutan menjadi lebih pekat.
4.      Suhu
Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu. Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya.
5.      Imbisisi
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, dan zat-zat lainya yang menyebabkan zat-zat tersebut mengembang setelah menyerap air tadi. Kemampuan zat tersebut untuk menyerap air disebut potensial matriks atau potensial imbibisan dan prosesnya disebut hidrasi atau imbibisi juga ditentukan oleh adanya zat terlarut di dalam air. Semakin pekat larutan, semakin lambat imbibisi. Ion-ion tertentu juga mempengarui kecepatan imbibisi.  

B.     Plasmolisis
Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel tumbuhan. Plasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas. Sedangkan peristiwa deplasmolisa adalah kebalikan dari peristiwa plasmolisa. Hal ini dimungkinkan apabila sel yang telah terplasmolisa direndam kembali ke dalam air. 
Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel salaha satunya dapat digunakna dengan metode plasmolisis. Metode ini ditempuh dengan cara mennetukan pada konsentrasi sukrosa berupa jumlah sel yang mengalami plasmolisis 50 %. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50 % sel terplasmolisis diketahui, maka nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dengan . TO = tekanan osmotic
M = konsenttrasi larutan yang menyebabkan 50 % sel terplasmolisis
T = temperature mutlak ( 273 +  toC)
Rounded Rectangle: PO = - TOTekanan sel bernilai positif, sedangkan nilai potensial osmotic negatif.


Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial osmotiknya. Bila zat terlarut bukan zat terlarut dan molekulnya tidak mengikat air hidrasi, maka potensial osmotik larutan tersebut pasti akan sebanding dengan konsentrasi molalnya.



BAB III
METODE PERCOBAAN

A.    Rancangan Percobaan
http://prkita.files.wordpress.com/2010/12/cawan-petri.jpg,http://prkita.files.wordpress.com/2010/12/cawan-petri.jpg,http://prkita.files.wordpress.com/2010/12/cawan-petri.jpg,http://prkita.files.wordpress.com/2010/12/cawan-petri.jpg,http://prkita.files.wordpress.com/2010/12/cawan-petri.jpg,http://prkita.files.wordpress.com/2010/12/cawan-petri.jpg,http://prkita.files.wordpress.com/2010/12/cawan-petri.jpg,http://prkita.files.wordpress.com/2010/12/cawan-petri.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsvwV-XkGgSuUz_Hbm99u5EJ5aum04xfjevMhheXiwEXFZ2Wl2VttHrFsOzYUNBEw4NUJmZneFt7jO4gl68YvyLSyqVcx0d4nYwHVYvmVEFK-2jJE_upPpt53TeG1aCdnwlkEJ-qIi1-Tk/s320/cawan+petri.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsvwV-XkGgSuUz_Hbm99u5EJ5aum04xfjevMhheXiwEXFZ2Wl2VttHrFsOzYUNBEw4NUJmZneFt7jO4gl68YvyLSyqVcx0d4nYwHVYvmVEFK-2jJE_upPpt53TeG1aCdnwlkEJ-qIi1-Tk/s320/cawan+petri.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsvwV-XkGgSuUz_Hbm99u5EJ5aum04xfjevMhheXiwEXFZ2Wl2VttHrFsOzYUNBEw4NUJmZneFt7jO4gl68YvyLSyqVcx0d4nYwHVYvmVEFK-2jJE_upPpt53TeG1aCdnwlkEJ-qIi1-Tk/s320/cawan+petri.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsvwV-XkGgSuUz_Hbm99u5EJ5aum04xfjevMhheXiwEXFZ2Wl2VttHrFsOzYUNBEw4NUJmZneFt7jO4gl68YvyLSyqVcx0d4nYwHVYvmVEFK-2jJE_upPpt53TeG1aCdnwlkEJ-qIi1-Tk/s320/cawan+petri.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsvwV-XkGgSuUz_Hbm99u5EJ5aum04xfjevMhheXiwEXFZ2Wl2VttHrFsOzYUNBEw4NUJmZneFt7jO4gl68YvyLSyqVcx0d4nYwHVYvmVEFK-2jJE_upPpt53TeG1aCdnwlkEJ-qIi1-Tk/s320/cawan+petri.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsvwV-XkGgSuUz_Hbm99u5EJ5aum04xfjevMhheXiwEXFZ2Wl2VttHrFsOzYUNBEw4NUJmZneFt7jO4gl68YvyLSyqVcx0d4nYwHVYvmVEFK-2jJE_upPpt53TeG1aCdnwlkEJ-qIi1-Tk/s320/cawan+petri.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsvwV-XkGgSuUz_Hbm99u5EJ5aum04xfjevMhheXiwEXFZ2Wl2VttHrFsOzYUNBEw4NUJmZneFt7jO4gl68YvyLSyqVcx0d4nYwHVYvmVEFK-2jJE_upPpt53TeG1aCdnwlkEJ-qIi1-Tk/s320/cawan+petri.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsvwV-XkGgSuUz_Hbm99u5EJ5aum04xfjevMhheXiwEXFZ2Wl2VttHrFsOzYUNBEw4NUJmZneFt7jO4gl68YvyLSyqVcx0d4nYwHVYvmVEFK-2jJE_upPpt53TeG1aCdnwlkEJ-qIi1-Tk/s320/cawan+petri.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUDRvhCdjvGYVGwiAMgWHhgFBQYvr7wvg7hJiS95nndO2Yi0MJU-V5qMVX5KVf36VD4K60OnVVwQd7ya4Ol549dGj_zDAzAThot6OQXcPP9gk_HvHMdrswNvkyKv7eBzM8JUuAX9D7FdX3/s1600/rhoeo+discolor.jpg,http://www.anneahira.com/images/silet.jpg
http://www.anashir.com/wp-content/uploads/2013/09/Mikroskop_Monokuler-186x300.jpg
Hasil Pengamatan
 
 




·  Diisi masing-masing 5 ml larutan sukrosa (0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M dan 0,14 M
·  Diberi label masing-masing cawan petri berdasarkan konsentrasi larutan.
 










·  Mengambil daun Rhoe discolor dan menyayat lapisan epidermis yang berwarna dengan pisau silet

 







·  Memasukkan sayatan-sayatan epidermis daun Rhoe discolor pada masing-masing cawan petri yang sudah berisi larutan sukrosa.
·  Setelah 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dibawah mikroskop

 











·  Menghitung jumlah seluruh sel pada satu lapang padang, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya

 








B.     Alat dan Bahan
Alat:
1.      Mikroskop listrik         1 buah
2.      Cawan petri                 8 buah
3.      Kaca benda                 1 buah
4.      Kaca penutup              1 buah            
5.      Pisau silet                    1 buah
6.      Gelas ukur                   1 buah
Bahan:
1.      Daun Rhoe discolor yang jaringan epidermisnya mengandung cairan sel yang berwarna.
2.      Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M dan 0,14 M.
3.      Alkohol

C.    Variabel dan Definisi Operasional
Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dibuat sama kondisinya. Variabel kontrol pada praktikum ini adalah jenis tanaman (Rhoe discolor).

Variabel Manipulasi
Variabel manipulasi adalah variabel yang sengaja dibuat tidak sama. Variabel manipulasi pada praktikum ini adalah larutan sukrosa dengan molaritas yang berbeda-beda (0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M dan 0,14 M)
Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang terjadi akibat perlakuan variabel bebas. Variabel terikat pada praktikum ini adalah prosentase sel yang terplasmolisis.

D.    Langkah Percobaan
Langkah awal adalah menyiapkan menyiapkan larutan sukrosa dengan molaritas yang berbeda-beda (sudah disediakan laboratorium, tidak membuatnya terlebih dahulu). Kemudian menyiapkan 8 buah cawan petri dan dibersihkan dengan alkohol, setelah itu mengisinya dengan 5 ml larutan sukrosa yang telah disediakan dan memberi label masing-masing cawan petri berdasarkan konsentrasi larutan. Setelah itu mengambil daun Rhoe discolor dan menyayat lapisan epidermis yang berwarna dengan pisau silet. Setelah itu memasukkan sayatan-sayatan epidermis daun tersebut pada cawan petri yang sudah berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu dan didiamkan selama 30 menit.  Setelah 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa di bawah mikroskop. Setelah itu menghitung jumlah seluruh sel pada satu lapang padang, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya dan dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan.



BAB IV
DATA DAN ANALISIS

A.    DATA

Berdasarkan praktikum penentuan tekanan osmosis cairan sel yang telah kami lakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah seluruh sel, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya.
Cawan
Petri
Konsentrasi
Sukrosa (M)
Jumlah Seluruh Sel
Jumlah Sel Terplasmolisis
Prosentase Sel Terplasmolisis (%)
1
0,14
177
22
12,43
2
0.16
150
11
7,33
3
0,18
147
33
22,45
4
0,20
192
14
7,29
5
0,22
207
47
22,70
6
0,24
218
25
11,47
7
0,26
201
46
31,45
8
0,28
140
12
8,27

  1. ANALISIS DATA
Berdasarkan praktikum penentuan tekanan osmosis cairan sel yang telah kami lakukan didapatkan data yaitu:
Pada tabel 1. Tentang jumlah seluruh sel, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya didapatkan hasil sebagai berikut: Pada cawan petri 1 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,14 M, jumlah seluruh selnya 177, jumlah sel terplasmolisisnya 22, dan prosentase sel terplasmolisisnya 12,43 %. Pada cawan petri 2 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,16 M, jumlah seluruh selnya 150, jumlah sel terplasmolisisnya 11, dan prosentase sel terplasmolisisnya 7,33 %. Pada cawan petri 3 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,18 M, jumlah seluruh selnya 147, jumlah sel terplasmolisisnya 33, dan prosentase sel terplasmolisisnya 22,45 %.  Pada cawan petri 4 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,20 M, jumlah seluruh selnya 192, jumlah sel terplasmolisisnya 14, dan prosentase sel terplasmolisisnya 7,29 %. Pada cawan petri 5 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,22 M, jumlah seluruh selnya 207, jumlah sel terplasmolisisnya 47, dan prosentase sel terplasmolisisnya 22,70 %. Pada cawan petri 6 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,24 M, jumlah seluruh selnya 218, jumlah sel terplasmolisisnya 25, dan prosentase sel terplasmolisisnya 11,47 %. Pada cawan petri 7 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,26 M, jumlah seluruh selnya 201, jumlah sel terplasmolisisnya 46, dan prosentase sel terplasmolisisnya 31,45 %. Pada cawan petri 8 yang berisi sayatan epidermis daun Rhoea discolor dengan 5 ml konsentrasi sukrosa 0,28 M, jumlah seluruh selnya 140, jumlah sel terplasmolisisnya 12, dan prosentase sel terplasmolisisnya 8,27 %.




Grafik hubungan konsentrasi larutan sukrosa dengan prosentase sel yang mengalami plasmolisis






BAB V
PEMBAHASAN
Dari data dan analisis diatas diperoleh bahwa dengan meletakkan sayatan lapisan epidermis Rhoe discolor yang berwarna ungu pada larutan sukrosa yang konsentrasinya kecil (0,14 M) maka jumlah atau prosentase sel yang mengalami plasmolisis sedikit, sedangkan sayatan lapisan epidermis Rhoe discolor yang berwarna pada larutan sukrosa yang konsentrasinya paling tinggi (0,28) maka jumlah atau prosentase sel yang mengalami plasmolisis justru semakin sedikit. Ini terjadi sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan teori, bahwa semakin besar nilai konsentrasi suatu larutan , maka semakin banyak jumlah sel yang terplasmolisis. Namun berbeda degan data yang diperoleh .  
Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena sayatan epidermis yang terlalu tipis sehingga banyak sel yang rusak sebelum diberi perlakuan dan pada saat dilakukan penghitungan pada satu lapang itu keseluruhan sel yang terplasmolisis dan sel yang telah rusak dari awal terhitung yang menyebabkan tidak sesuai dengan teori .



BAB VI
PENUTUP

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis. Pengaruhnya yakni semakin tinggi kosentrasi larutan sukrosa, sel yang mengalami plasmolisis juga semakin besar jumlahnya. Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel mengalami plasmolisis adalah 0,26 M. Untuk menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis yakni dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berupa jumlah sel yang mengalami plasmolisis 50 %. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50 % sel terplasmolisis diketahui, maka nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dan hasil Tekanan osmosis (TO) sel praktikum kami adalah 6,442 atm.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Osmosis. http://id.wikipedia.org/wiki/Osmosis. Diakses pada tanggal 1 Juni 2014.
Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
Sasmitahardja, Dradjat, dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Depdikbud.






LAMPIRAN

       I.            TUGAS
1.      Hitung nilai potensial osmotik cairan sel daun Rhoe discolor
2.      Jelaskan penyebab terjadinya plasmolisis
Jawaban
1.     
= 6,442 atm
Potensial osmotik = - tekanan osmotik
                                       = -6,442

2.      Penyebab terjadinya plasmolisis:
a.       Faktor penyebab plasmolisis di antaranya adalah ditempatkannya sel di lingkungan hipertonik, yaitu pada konsentrasi zat terlarut terlalu tinggi (larutan sukrosa) sehingga potensial osmosis juga semakin tinggi.
b.      Penyebab langsung plasmolisis adalah adanya larutan luar yang yang lebih pekat dari pada cairan vakoula, larutan seperti itu disebut hipertonik terhadap cairan vakoula. Plasmolisis dapat memberikan gambaran untuk menentukan besarnya nilai osmosis sebuah sel.

    II.            FOTO PRAKTIKUM
 




                                                                                                                       
                                                                       
Larutan sukrosa 0,22 M             Larutan sukrosa 0,28 M    Larutan sukrosa 0,26 M



Larutan sukrosa 0,20 M       Larutan sukrosa 0,18 M       Larutan sukrosa 0, 24 M    
 


                                                                                                                       
                                                                                   

Larutan sukrosa 0, 16 M         Larutan sukrosa 0, 14 M





                      Sayatan Rhoe discolor dalam kaca preparat

Rhoe discolor dengan larutan sukrosa 0,16 M
 
Rhoe discolor dengan larutan sukrosa 0,14 M
 
                            
 



Rhoe discolor dengan larutan sukrosa 0,18 M   
 
Rhoe discolor dengan larutan sukrosa 0,20 M

 
 





Rhoe discolor dengan larutan sukrosa 0,24 M

 
Rhoe discolor dengan larutan sukrosa 0,22 M
 
                            
Rhoe discolor dengan larutan sukrosa 0,28 M

 
Rhoe discolor dengan larutan sukrosa 0,26 M
 
                                 


 III.            HITUNGAN
Prosentase sel yang terplasmolisis:
1.      Larutan sukrosa 0,14 M
=
=
2.      Larutan sukrosa 0,16 M
=
=
3.      Larutan sukrosa 0,18 M
=
=
4.      Larutan sukrosa 0,20 M
=
=



5.      Larutan sukrosa 0,22 M
=
=
6.      Larutan sukrosa 0,24 M
=
=
7.      Larutan sukrosa 0,26 M
=
=
8.      Larutan sukrosa 0,28 M
=
=



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar