BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah lamanya waktu
yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor
antara lain keadaan biji (keadaan khusus yang menghambat perkecambahan biji
adalah tidak mempunyai endosperm sebagai cadangan makanan pada awal
perkecambahan biji), permeabilitas kulit biji, dan tersedianya air di
sekeliling biji.
Jika ketiga
faktor tersebut tidak mendukung biji untuk melakukan perkecambahan maka biji
memiliki kemampuan untuk mengundurkan fase perkecambahannya yang disebut dengan
dormansi. Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami dormansi adalah
dapat menstimulasi sintesis ribonuklease, amilase dan protease di dalam biji.
Fase akhir dari
dormansi adalah fase berkecambah. Permulaan fase perkecambahan ini ditandai
dengan penghisapan air (imbibisi) kemudian terjadi pelunakan kulit biji
sehingga terjadi hidratasi protoplasma. Setelah fase istirahat berakhir, maka
aktivitas metabolisme meningkat dengan disertai meningkatnya aktivitas
enzimatik dan respirasi. Di dalam aktivitas metabolisme, gibberellin yang
dihasilkan oleh embrio ditranslokasikan ke lapisan aleuron sehingga
menghasilkan enzim α amilase. Proses selanjutnya yaitu enzim tersebut masuk ke
dalam cadangan makanan dan mengkatalis proses perubahan cadangan makanan yang
berupa pati menjadi gula sehingga dapat menghasilkan energi yang berguna untuk
aktivitas sel dan pertumbuhan.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan biji kacang kedelai?
C.
Tujuan
Untuk
mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji
kacang kedelai.
D.
Hipotesis
Waktu perendaman biji berpengaruh terhadap
perkecambahan biji kacang kedelai. Semakin lama perendaman biji, maka semakin cepat
biji kacang kedelai berkecambah.
BAB II
DASAR
TEORI
Banyaknya air yang memadai merupakan
syarat utama terjadinya perkecambahan, air dapat menghilangkan masa dormansi
dari biji. Perkecambahan merupakan permulaan kembali pertumbuhan embrio di
dalam biji. Yang diperlukan adalah suhu yang cocok , dan persediaan oksigen
yang cukup. Terbuka terhadap cahaya untuk waktu yang sesuai juga merupakan
persyaratan untuk perkecambahan untuk beberapa kasus. (Kimball. 1983)
Perkecambahan dapat diartikan
sebagai proses pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan sumbu embrio (embryonic
axis) di dalam biji yang berhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling).
Pada embrio yang sangat muda sel-selnya hampir sama bentuk dan ukuran belum
terdiferensisasi. Sel-sel ini membelah berulang-ulang kemudian mengalami
pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi beberapa waktu, akhirnya akan
kelihatan organ-organ permulaan yang belum sempurna seperti akar, batang dan
daun. (Firdaus, dkk. 2006)
Untuk perkecambahan, biji harus
mempunyai ketersediaan cukup air. Pada suhu tinggi, jumlah air akan berkurang
karena air menguap pada suhu tinggi. (Dwijoseputro, 1991)
Perkecambahan biji tidak hanya
dipengaruhi oleh suhu, tapi juga (bergantung pada spesies) dipengaruhi oleh
cahaya, pemecahan kulit biji agar radikula dapat menerobos keluar dan oksigen
dan/atau air dapat masuk, penghilangan zat penghambat kimiawi, dan pematangan
embrio. (Salisbury. 1995)
Secara
fisiologi, proses perkecambahan berlangsung dalam beberapa tahapan penting,
meliputi:
- Absorbsi air
- Metabolisme pemecahan materi cadangan makanan
- Transpor materi hasil pemecahan dari endosperm ke
embrio yang aktif tumbuh.
- Proses-proses pembentukan kembali materi-materi
baru.
- Respirasi
- Pertumbuhan (Mayer dan Mayber, 1975)
Banyak
faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang bersifat internal
dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan
keseimbangan antara promoter dan inhibitor perkecambahan, terutama asam
gliberelin (GA) dan asam abskisat (ABA). Faktor eksternal yang merupakan
ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya, dan adanya
senyawa-senyawa kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor
perkecambahan. (Mayer dan Mayber, 1975)
Pada kondisi pertumbuhan yang cocok,
satu biji yang hidup akan berkecambah dan menghasilkan satu tumbuhan muda atau
kecambah. Gejala luar pertama dari perkecambahan adalah pecahnya testa didaerah
mikrofil dan dari situ muncul radikula yang kemudian menancap ke tanah dan
menjadi akar. (Loveless, 1987)
Air yang memegang peranan yang
penting dalam proses perkecambahan biji dan kehidupan tumbuhan. Fungsi air pada
perkecambahan biji adalah untuk melunakkan kulit biji. Air yang masuk secara
imbibisi akan melunakkan biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan
endosperm. Air akan memberikan kemudahan masuknya oksigen kedalam biji. Dinding
sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas. (Firdaus, dkk. 2006)
Penyerapan air melalui imbibisi dan
osmosis merupakan proses yang pertama terjadi pada perkecambahan diikuti dengan
pelunakan biji. Selanjutnya embrio dan endosperm akan membengkak sehingga
mendesak kulit biji yang sudah lunak sampai pecah. Makanan cadangan yang
disimpan dalam biji adalah berupa selulosa, pati, lemak dan protein. Sumber
energi ini pada monokotil terdapat dalam endosperm dan pada dikotil terdapat
kotiledon. Makanan ini berupa senyawa komplek bermolekul besar, tidak dapat
diangkut kedaerah sumbu embrio sehingga tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh
titik tumbuh untuk pembentukan protoplasma baru. Oleh sebab itu zat ini harus
dipecah dahulu menjadi senyawa sederhana, larut dalam air sehingga dapat
diangkut. Proses perombakan senyawa ini dapat terjadi dengan bantuan
enzim-enzim pencernaan yang terdapat dalam biji yang mnguraikan pati dan
hemiselulosa menjadi gula; lemak menjadi asam lemak dan gliserol serta protein
menjadi asam amino. Hasil rombakan ini larut dalam air sehingga mudah untuk di
angkut. (Salisbury. 1995)
Imbibisi air oleh biji menyebabkan
berlangsungnya reaksi kimia sehingga perkecambahan terjadi dengan adanya
penembusan radial kulit biji dan pelepasan posfat dan kation dari vitin juga
berlangsung segera setelah perkecambahan dan sebagian ion diangkut oleh
tumbuhan lewat floem. (Santoso, 1990)
Air yang diserap oleh biji digunakan
untuk proses respirasi, energi yang terbentuk akan digunakan untuk
perkecambahan. Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk
menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas sel dan kehidupan
tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi lainnya. Selain itu
respirasi juga menghasilkan senyawa antara yang berguna sebagai bahan sintesis
berbagai senyawa lain (Salisbury. 1995).
Dalam proses perkecambahan
fithohormon sangat diperlukan yaitu:
1. Giberelin untuk enzim hidrolitik
2. Sitokinin merangsang pembelahan sel,
menghasilkan munculnya akar lembaga dan pucuk lembaga. Perluasan awal pada
koleoriza (munculnya ujung akar) terutama karena pembesaran sel.
3. Auksin meningkatkan petumbuhan
karena pembesaran koleoriza akar lembaga dan pucuk lembaga dan aktivasi
geotropi yaitu orientasi yang benar pada pertumbuhan akar dan pucuk, terlepas
dar orientasi. (Firdaus dkk, 2006)
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan biji,
yaitu:
1. Faktor
internal
Suatu faktor yang melibatkan hereditas dan hormone
yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, meliputi tingkat
kemasakan biji, ukuran biji, dormansi biji, dan penghambat perkecambahan biji.
a.
Tingkat kemasakan biji
Biji yang ditanam sebelum mencapai
tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa
jenis tanaman, biji yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal ini diduga
benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum
sempurna.
b.
Ukuran biji, karbohidrat, protein,
lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih.
Bahan-bahan tersebut diperlukan
sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat perkecambahan. Ukuran biji
mempunyai korelasi yang positip terhadap kandungan protein pada benih. semakin
besar/berat ukuran benih maka kandungan protein juga makin meningkat.
Dinyatakan juga bahwa berat biji berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan
produksi, karena berat biji menentukan besarnya kecambah pada pada saat
permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen.
c.
Dormansi
Biji dorman adalah biji yang
sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada
lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara
lain adalah impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum
pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh
sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Biji
dorman dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti: pemberian
suhu rendah pada keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction), atau
direndam dalam larutan asam sulfat.
d.
Penghambat perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat
menghambat perkecambahan benih. Seperti herbisida, auksin, bahan-bahan yang
terkandung dalam buah, larutan mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik
tinggi, serta bahan yang menghambat respirasi (sianida dan fluorida). Semua
persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan tetapi tak dapat menyebabkan
dormansi (Triantini, 2009). Menurut Kuswanto (1996) dalam irwanto, (2011),
penghambat perkecambahan biji dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam biji
maupun di permukaan biji, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta
bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
2. Faktor
lingkungan
Faktor ini merupakan faktor luar yang erat sekali
hubungannya dengan proses perkembangan. Termasuk ke dalam faktor ini adalah
pendeknya hari, suhu, nutrisi, cahaya, dan air.
Faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan :
a.
Air
Air berpengaruh terhadap pertumbuhan, berfungsi dalam
metabolisme, menentukan turgor sel sebelum membelah atau membesar, menentukan
kecepatan reksi biokimia dalam sel. Berubahnya kadar air sel akan mempengaruhi
kadar hormone dalam tubuh. Saat air masuk ke dalam sel untuk mengisi ruang yang
kosong, maka air justru menyebabkan terjadinya pertumbuhan dengan cara
mendorong dinding dan membrane untuk melar (Salisbury, 1995). Air berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi
salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan
tak normal (Anonim, 2000). Kecepatan pergerakan air ke dalam sel diatur
oleh dua faktor yaitu gradien potensial air dan permeabilitas membrane terhadap
air.
Penyerapan air oleh biji dipengaruhi oleh sifat biji
itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media
di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung
kepada jenis bijinya, dan tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh suhu
(Sutopo, 2002 dalam Anonim, 2011). Perkembangan biji tidak akan dimulai bila
air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen. Biji mempunyai
kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu
basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta
busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002 dalam Anonim, 2011).
Sekitar 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air
antara lain:
1)
Untuk melembabkan kulit biji
sehingga menjadi pecah atau robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2)
Untuk memberikan fasilitas masuknya
oksigen kedalam biji.
3)
Untuk mengencerkan protoplasma
sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya.
4)
Sebagai alat transport larutan
makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk
protoplasma baru.
b.
Cahaya
Cahaya berpengaruh dari intensitas, kualitas, dan penyinarannya. Pigmen
yang bertanggung jawab terhadap reaksi cahaya adalah fitokrom. Fitokrom
mempengaruhi berbagai proses metabolisme, sehingga mempengaruhi pertumbuhan.
Contonhnya peran cahaya pada pertumbuhan dengan mekanisme fitokrom adalah
etiolasi kecambah.
c.
Suhu.
Pertumbuhan sangat peka terhadap perubahan suhu. Suhu
mempengaruhi kerja gen dengan menghambat pada suhu rendah. Perubahan suhu juga
berpengaruh terhadap pertumbuhan yang disebut dengan termoperioditas.
d.
Nutrisi
Peran nutrisi ialah sebagai bahan penyusun sel, serta
ada yang menjadi kofaktor enzim tertentu. Enzim bekerja pada reaksi biokimia
biasa tetapi ada yang diperlukan untuk mensintesis hormone, sehingga efeknya
sangat luas. Kurangnya nutrisi menyebabkan defisiensi pada tumbuhan
(Soerodikoesoemo, 1993).
A.
Biji Kedelai
Biji kedelai
terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada
kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat,
hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang
terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai
dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna
tersebut.
BAB III
METODE
PERCOBAAN
A.
Rancangan
Percobaan
Ditunggu hingga berkecambah
|
Kedelai ditaruh di cawan petri
|
Kedelai direndam
|
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
a. Cawan
petri 5 buah
b. Kapas secukupnya
c. Gelas
kimia 5 buah
2. Bahan
a. Biji
kacang kedelai 250 biji
b. Air
suling secukupnya
C.
Variabel
dan Definisi Operasional
Variabel Manipulasi
Variabel manipulasi adalah
variabel yang sengaja dibuat tidak sama. Variabel
manipulasi pada praktikum ini adalah lama perendaman biji kedelai yaitu tidak
direndam, direndam selama 1 jam, direndam selama 2 jam, direndam selama 3 jam,
dan direndam selama 4 jam.
Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang
sengaja dibuat sama kondisinya. Variabel kontrol pada praktikum ini adalah
waktu pengamatan.
Variabel terikat
Variabel terikat adalah
variabel yang terjadi akibat perlakuan variabel bebas. Variabel terikat pada
praktikum ini adalah hasil perkecambahan biji kedelai.
D.
Langkah
Kerja
Langkah awal adalah Merendam biji kacang
kedelai selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan tanpa direndam masing-masing 50
biji. Menanam dalam waktu yang bersamaan pada cawan petri yang sudah dialasi
kapas basah. Menutup cawan petri kemudian menyimpannya di tempat gelap dan
mengamatinya setiap hari berapa jumlah biji yang berkecambah selama 10
hari.Memisahkan biji yang sudah berkecambah dan melakukan perhitungan.Membuat
table persentase perkecambahan dan indeks kecepatan perkecambahan dari hasil
pengamatan.
Persentase
perkecambahan
Indekskecepatan
perkecambahan (IKP)
Xn =
banyaknya biji yang berkecambah pada hari ke-n
BAB IV
A. DATA
No
|
Waktu Perendaman
|
Biji Yang Berkecambah
|
Biji Yang Busuk
|
Presentase Perkecambahan %
|
IKP
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||||
1
|
Tidak melalui perendaman
|
0
|
3
|
3
|
4
|
7
|
33
|
34
|
4,9
|
2
|
Perendaman selama 1 jam
|
0
|
5
|
3
|
5
|
4
|
33
|
34
|
5,55
|
3
|
Perendaman selama 2 jam
|
0
|
4
|
4
|
6
|
4
|
30
|
40
|
5,63
|
4
|
Perendaman selama 3 jam
|
0
|
10
|
5
|
3
|
4
|
28
|
44
|
8,22
|
5
|
Perendaman selama 4 jam
|
0
|
7
|
3
|
4
|
5
|
31
|
38
|
6,5
|
B. ANALISIS
Dari data
yang telah didapat , dapat dianalisis bahwa pada kecambah yang tidak direndam
memiliki presentase perkecambahan sebesar 34 % dan indeks perkecambahan sebesar
4,9 , dan pada perendaman selama 1 jam memiliki hasil yang sama yaitu sebesar
34 % , sedangkan terdapat perbedaan pada indeks perkecambahan yaitu sebesar
5,55 , dikarenakan terdapat perbedaan kecepatan perkecambahan biji kedelai
setiap harinya. Begitu juga dengan biji kedelai yang direndam selama 2 jam , 3
jam dan 4 jam , memiliki nilai persentasi perkecambahan sebesar 40 %, 44 %, 38%.
Dan nilai indeks kecepatan perkecambahan sebesar 5,63, 8,22, 6,5 . sehingga
pada biji kedelai nilai persentasi dan indeks kecepatan perkecambahan yang
paling optimal dan maksimal adalah pada biji yang direndam selama 3 jam. Dari
histogram diperoleh bahwa prosentase jumlah biji yang berkecambah mulai dari
tidak direndam, 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Semakin lama perendaman semakin
besar presentase perkecambahannya.namun pada perendaman 4 jam persentase
perkecambahan turun , yaitu dengan nilai sebesar 38 %, Sedangkan pengaruh
perendaman terhadap IKP adalah semakin lama waktu perendaman, maka IPK juga
akan semakin besar , tetapi pada perendaman selama 4 jam turun jika
dibandingkan dengan perendaman selama 3 jam, yaitu sebesar 6,5 .
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan
data dan analisis diatas , dapat diketahui bahwa harga persentase perkecambahan
dan IKP ( indeks kecepatan perkecambahan) semakin lama pada proses direndam
semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin lama biji direndam maka semakin
besar masuknya volume air yang masuk ke
endosperma biji , sehingga membuat kulit biji menjadi lembab dan lunak , dan
memungkinkan kulit menjadi lebih cepat robek, maka semakin cepat terjadinya perkembangan
embrio dan endosperm lebih cepat terjadi, serta untuk memberikan fasilitas
masuknya oksigen (larut dalam air) kedalam biji. Sebaliknya pada biji yang
tidak direndam, kulit biji menjadi keras sehingga proses
perkembangannya menjadi lambat. Keberadaan air bagi biji akan
mengimbibisi dinding sel biji dan menentukan turgor sel sebelum membelah. Air
berpengaruh terhadap kecepatan reaksi biokimia dalam sel yang berhubungan
dengan kerja enzim. Selain dikarenakan pengaruh dari air, slaah satu factor
lain yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan perkembanagan perkecambahan
biji kedelai adalah hormon tumbuhan. Ketika dormansi pada biji kedelai hilang,
maka biji kedelai membentuk hormone giberelin dan hormone sitokinin, yang
digunakan untuk mengungguli efek kerja dari penghambat pertumbuhan. Dalam keadaaan tersebut, dilakukan perendaman
dalam air maka biji pun akan berkecambah. Kadar air dalam sel berpengaruh
terhadap pembentukan hormon, sehingga biji kedelai yang direndam
selama 4 jam akan lebih cepat berkecambah sehingga IKP tinggi dan prosentase
perkecambahan pun juga tinggi. Sebaliknya dengan biji kacang tanah yang
tidak direndam yaitu memiliki IKP rendah akibat hormon giberelin dan
sitonin ketika sudah dihasilkan tidak dapat diteruskan pada proses lebih lanjut
yaitu perkecambahan akibat tidak tersedianya air. Oleh karena itu ketersediaan
air mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan. Namun pada percobaan yang
telah dilakukan terdapat perbedaan dengan teori bahwa pada proses perendaman
biji kedelai selama 4 jam terjadi penurunan nilai persentase perkecambahan dan
indeks kecepatan perkecambahan ( IKP ) . ini dikarenakan dari faktor letak penanaman biji kedelai ., karena tidak hanya
air dan hormon yang berpengaruh , namun jarak penanaman juga diperhatikan ,
agar perkecambahan kedelai optimal.
BAB VI
KESIMPULAN
Dari
praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh waktu
perendaman biji kedelai degan kecepatan perkecambahan biji kacang kedelai .
pengaruhnya yaitu, semakin lama proses perendaman biji kedelai , maka semakin
cepat proses perkecambahan biji kacang kedelai. Sehingga nilai persentase
perkecambahan dan indeks kecepatan perkecambahan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, 1991. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia.
Jakarta
Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi
Tumbuhan. Pusat Pengembangan
Pendidikan Universitas Riau.
Pekanbaru
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi
Pertanian. Rajawali Press. Jakarta
Kimball, John. 1983. Biologi jilid II edisi ke lima.
Erlangga. Jakarta
Kusuma,
Mita. 2013. “Fisiologi tumbuhan-pengaruh lama perendaman biji” [online]( http://mitakd.blogspot.com/2013/05/fisiologi-tumbuhan- pengaruh-lama.html, diakses tanggal 31 Mei 2014).
Loveless. RA. 1987. Prinsip-prinsip
Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropika. PT. Gramedia
Utama. Jakarta.
Salisbury, FB., Ross, CW., 1995 . Fisiologi Tumbuhan
Jilid 1. Penerbit ITB. Bandung
Santoso. 1990. Fisiologi Tumbuhan. UGM Press:
Yogyakarta
PENGARUH PERENDAMAN
BIJI DI DALAM AIR TERHADAP PERKECAMBAHAN
ABSTRAK
Telah kami lakukan praktikum
tentang pengaruh perendaman biji di dalam air terhadap perkecambahan di kediaman
oky purwo teo pambudi pada hari kamis tanggal 21 Mei 2014
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan
biji. Adapun metode yaitu merendam biji kedelai dengan
manipulasi tidak direndam, direndam 1 jam, direndam 2 jam , direndam 3 jam dan
direndam 4 jam , lalu menyiapkan
5 buah cawan petri yang berisi dengan 50 biji kedelai . Setelah itu mengamati
perkecambahan biji kacang kedelai selama 5 hari dan dihitung nilai persentase
perkecambahan dan indeks kecepatan perkecambahannya. Berdasarkan praktikum yang
kami lakukan dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh lama perendaman biji
kedelai dengan kecepatan perkecambahannya. Pengaruhnya yakni semakin lama proses perendaman biji semakin cepat proses
perkecambahannya. Persentase perkecambahan dan indeks kecepatan perkecambahan
yang paling besar adalah proses perendaman selama 3 jam yaitu,44 % dan 8,22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar