Kamis, 04 Desember 2014

praktikum perkecambahan

BAB I
PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang
Pada perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara lain keadaan biji (keadaan khusus yang menghambat perkecambahan biji adalah tidak mempunyai endosperm sebagai cadangan makanan pada awal perkecambahan biji), permeabilitas kulit biji, dan tersedianya air di sekeliling biji.
Jika ketiga faktor tersebut tidak mendukung biji untuk melakukan perkecambahan maka biji memiliki kemampuan untuk mengundurkan fase perkecambahannya yang disebut dengan dormansi. Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami dormansi adalah dapat menstimulasi sintesis ribonuklease, amilase dan protease di dalam biji.
Fase akhir dari dormansi adalah fase berkecambah. Permulaan fase perkecambahan ini ditandai dengan penghisapan air (imbibisi) kemudian terjadi pelunakan kulit biji sehingga terjadi hidratasi protoplasma. Setelah fase istirahat berakhir, maka aktivitas metabolisme meningkat dengan disertai meningkatnya aktivitas enzimatik dan respirasi. Di dalam aktivitas metabolisme, gibberellin yang dihasilkan oleh embrio ditranslokasikan ke lapisan aleuron sehingga menghasilkan enzim α amilase. Proses selanjutnya yaitu enzim tersebut masuk ke dalam cadangan makanan dan mengkatalis proses perubahan cadangan makanan yang berupa pati menjadi gula sehingga dapat menghasilkan energi yang berguna untuk aktivitas sel dan pertumbuhan.

    B.     Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji kacang kedelai?



    C.    Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji kacang kedelai.

    D.    Hipotesis
Waktu perendaman biji berpengaruh terhadap perkecambahan biji kacang kedelai. Semakin lama perendaman biji, maka semakin cepat biji kacang kedelai berkecambah.



BAB II
DASAR TEORI

Banyaknya air yang memadai merupakan syarat utama terjadinya perkecambahan, air dapat menghilangkan masa dormansi dari biji. Perkecambahan merupakan permulaan kembali pertumbuhan embrio di dalam biji. Yang diperlukan adalah suhu yang cocok , dan persediaan oksigen yang cukup. Terbuka terhadap cahaya untuk waktu yang sesuai juga merupakan persyaratan untuk perkecambahan untuk beberapa kasus. (Kimball. 1983)
Perkecambahan dapat diartikan sebagai proses pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan sumbu embrio (embryonic axis) di dalam biji yang berhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling). Pada embrio yang sangat muda sel-selnya hampir sama bentuk dan ukuran belum terdiferensisasi. Sel-sel ini membelah berulang-ulang kemudian mengalami pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi beberapa waktu, akhirnya akan kelihatan organ-organ permulaan yang belum sempurna seperti akar, batang dan daun. (Firdaus, dkk. 2006)
Untuk perkecambahan, biji harus mempunyai ketersediaan cukup air. Pada suhu tinggi, jumlah air akan berkurang karena air menguap pada suhu tinggi. (Dwijoseputro, 1991)
Perkecambahan biji tidak hanya dipengaruhi oleh suhu, tapi juga (bergantung pada spesies) dipengaruhi oleh cahaya, pemecahan kulit biji agar radikula dapat menerobos keluar dan oksigen dan/atau air dapat masuk, penghilangan zat penghambat kimiawi, dan pematangan embrio. (Salisbury. 1995)
Secara fisiologi, proses perkecambahan berlangsung dalam beberapa tahapan penting, meliputi:
  1. Absorbsi air
  2. Metabolisme pemecahan materi cadangan makanan
  3. Transpor materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang aktif tumbuh.
  4. Proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru.
  5. Respirasi
  6. Pertumbuhan (Mayer dan Mayber, 1975)
Banyak faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang bersifat internal dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan keseimbangan antara promoter dan inhibitor perkecambahan, terutama asam gliberelin (GA) dan asam abskisat (ABA). Faktor eksternal yang merupakan ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya, dan adanya senyawa-senyawa kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan. (Mayer dan Mayber, 1975)

Pada kondisi pertumbuhan yang cocok, satu biji yang hidup akan berkecambah dan menghasilkan satu tumbuhan muda atau kecambah. Gejala luar pertama dari perkecambahan adalah pecahnya testa didaerah mikrofil dan dari situ muncul radikula yang kemudian menancap ke tanah dan menjadi akar. (Loveless, 1987)
Air yang memegang peranan yang penting dalam proses perkecambahan biji dan kehidupan tumbuhan. Fungsi air pada perkecambahan biji adalah untuk melunakkan kulit biji. Air yang masuk secara imbibisi akan melunakkan biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm. Air akan memberikan kemudahan masuknya oksigen kedalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas. (Firdaus, dkk. 2006)
Penyerapan air melalui imbibisi dan osmosis merupakan proses yang pertama terjadi pada perkecambahan diikuti dengan pelunakan biji. Selanjutnya embrio dan endosperm akan membengkak sehingga mendesak kulit biji yang sudah lunak sampai pecah. Makanan cadangan yang disimpan dalam biji adalah berupa selulosa, pati, lemak dan protein. Sumber energi ini pada monokotil terdapat dalam endosperm dan pada dikotil terdapat kotiledon. Makanan ini berupa senyawa komplek bermolekul besar, tidak dapat diangkut kedaerah sumbu embrio sehingga tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh titik tumbuh untuk pembentukan protoplasma baru. Oleh sebab itu zat ini harus dipecah dahulu menjadi senyawa sederhana, larut dalam air sehingga dapat diangkut. Proses perombakan senyawa ini dapat terjadi dengan bantuan enzim-enzim  pencernaan yang terdapat dalam biji yang mnguraikan pati dan hemiselulosa menjadi gula; lemak menjadi asam lemak dan gliserol serta protein menjadi asam amino. Hasil rombakan ini larut dalam air sehingga mudah untuk di angkut. (Salisbury. 1995)
Imbibisi air oleh biji menyebabkan berlangsungnya reaksi kimia sehingga perkecambahan terjadi dengan adanya penembusan radial kulit biji dan pelepasan posfat dan kation dari vitin juga berlangsung segera setelah perkecambahan dan sebagian ion diangkut oleh tumbuhan lewat floem. (Santoso, 1990)
Air yang diserap oleh biji digunakan untuk proses respirasi, energi yang terbentuk akan digunakan untuk perkecambahan. Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas sel dan  kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi lainnya. Selain itu respirasi juga menghasilkan senyawa antara yang berguna sebagai bahan sintesis berbagai senyawa lain (Salisbury. 1995).
Dalam proses perkecambahan fithohormon sangat diperlukan yaitu:
1.      Giberelin untuk enzim hidrolitik
2.      Sitokinin merangsang pembelahan sel, menghasilkan munculnya akar lembaga dan pucuk lembaga. Perluasan awal pada koleoriza (munculnya ujung akar) terutama karena pembesaran sel.
3.      Auksin meningkatkan petumbuhan karena pembesaran koleoriza akar lembaga dan pucuk lembaga dan aktivasi geotropi yaitu orientasi yang benar pada pertumbuhan akar dan pucuk, terlepas dar orientasi. (Firdaus dkk, 2006)
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan biji, yaitu:
1.      Faktor internal
Suatu faktor yang melibatkan hereditas dan hormone yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran biji, dormansi biji, dan penghambat perkecambahan biji.
a.                   Tingkat kemasakan biji
            Biji yang ditanam sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, biji yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum sempurna.
b.      Ukuran biji, karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih.
            Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat perkecambahan. Ukuran biji mempunyai korelasi yang positip terhadap kandungan protein pada benih. semakin besar/berat ukuran benih maka kandungan protein juga makin meningkat. Dinyatakan juga bahwa berat biji berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat biji menentukan besarnya kecambah pada pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen.
c.       Dormansi
            Biji dorman adalah biji yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Biji dorman dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti: pemberian suhu rendah pada keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction), atau direndam dalam larutan asam sulfat.
d.      Penghambat perkecambahan
            Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Seperti herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat respirasi (sianida dan fluorida). Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan tetapi tak dapat menyebabkan dormansi (Triantini, 2009). Menurut Kuswanto (1996) dalam irwanto, (2011), penghambat perkecambahan biji dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam biji maupun di permukaan biji, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.

2.     Faktor lingkungan
Faktor ini merupakan faktor luar yang erat sekali hubungannya dengan proses perkembangan. Termasuk ke dalam faktor ini adalah pendeknya hari, suhu, nutrisi, cahaya, dan air.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan :
a.    Air
Air berpengaruh terhadap pertumbuhan, berfungsi dalam metabolisme, menentukan turgor sel sebelum membelah atau membesar, menentukan kecepatan reksi biokimia dalam sel. Berubahnya kadar air sel akan mempengaruhi kadar hormone dalam tubuh. Saat air masuk ke dalam sel untuk mengisi ruang yang kosong, maka air justru menyebabkan terjadinya pertumbuhan dengan cara mendorong dinding dan membrane untuk melar (Salisbury, 1995). Air berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal (Anonim, 2000). Kecepatan pergerakan air ke dalam sel diatur oleh dua faktor yaitu gradien potensial air dan permeabilitas membrane terhadap air.
Penyerapan air oleh biji dipengaruhi oleh sifat biji itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis bijinya, dan tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002 dalam Anonim, 2011). Perkembangan biji tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen. Biji mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002 dalam Anonim, 2011). Sekitar 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain:
1)      Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar   terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2)      Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3)      Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya.
4)      Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.        

b.      Cahaya
Cahaya berpengaruh dari intensitas, kualitas, dan penyinarannya. Pigmen yang bertanggung jawab terhadap reaksi cahaya adalah fitokrom. Fitokrom mempengaruhi berbagai proses metabolisme, sehingga mempengaruhi pertumbuhan. Contonhnya peran cahaya pada pertumbuhan dengan mekanisme fitokrom adalah etiolasi kecambah.
c.       Suhu.
Pertumbuhan sangat peka terhadap perubahan suhu. Suhu mempengaruhi kerja gen dengan menghambat pada suhu rendah. Perubahan suhu juga berpengaruh terhadap pertumbuhan yang disebut dengan termoperioditas.
d.      Nutrisi
Peran nutrisi ialah sebagai bahan penyusun sel, serta ada yang menjadi kofaktor enzim tertentu. Enzim bekerja pada reaksi biokimia biasa tetapi ada yang diperlukan untuk mensintesis hormone, sehingga efeknya sangat luas. Kurangnya nutrisi menyebabkan defisiensi pada tumbuhan (Soerodikoesoemo, 1993).
A.    Biji Kedelai
Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut. 

Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13%.


BAB III
METODE PERCOBAAN

   A.    Rancangan Percobaan

Ditunggu hingga berkecambah

Kedelai ditaruh di cawan petri

Kedelai direndam
      

   B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Cawan petri     5 buah
b.      Kapas              secukupnya
c.       Gelas kimia     5 buah
2.      Bahan
a.       Biji kacang kedelai      250 biji
b.      Air suling                    secukupnya

   C.    Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Manipulasi
Variabel manipulasi adalah variabel yang sengaja dibuat tidak sama. Variabel manipulasi pada praktikum ini adalah lama perendaman biji kedelai yaitu tidak direndam, direndam selama 1 jam, direndam selama 2 jam, direndam selama 3 jam, dan direndam selama 4 jam.




Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dibuat sama kondisinya. Variabel kontrol pada praktikum ini adalah waktu pengamatan.

Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang terjadi akibat perlakuan variabel bebas. Variabel terikat pada praktikum ini adalah hasil perkecambahan biji kedelai.
   D.    Langkah Kerja
Langkah awal adalah Merendam biji kacang kedelai selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan tanpa direndam masing-masing 50 biji. Menanam dalam waktu yang bersamaan pada cawan petri yang sudah dialasi kapas basah. Menutup cawan petri kemudian menyimpannya di tempat gelap dan mengamatinya setiap hari berapa jumlah biji yang berkecambah selama 10 hari.Memisahkan biji yang sudah berkecambah dan melakukan perhitungan.Membuat table persentase perkecambahan dan indeks kecepatan perkecambahan dari hasil pengamatan.
Persentase perkecambahan
Indekskecepatan perkecambahan (IKP)
Xn = banyaknya biji yang berkecambah pada hari ke-n



BAB IV
   A.    DATA
No
Waktu Perendaman
Biji Yang Berkecambah
Biji Yang Busuk
Presentase Perkecambahan %

IKP
1
2
3
4
5
1
Tidak melalui perendaman
0
3
3
4
7
33
34
4,9
2
Perendaman selama 1 jam
0
5
3
5
4
33
34
5,55
3
Perendaman selama 2 jam
0
4
4
6
4
30
40
5,63
4
Perendaman selama 3 jam
0
10
5
3
4
28
44
8,22
5
Perendaman selama 4 jam
0
7
3
4
5
31
38
6,5

    B.     ANALISIS


Dari data yang telah didapat , dapat dianalisis bahwa pada kecambah yang tidak direndam memiliki presentase perkecambahan sebesar 34 % dan indeks perkecambahan sebesar 4,9 , dan pada perendaman selama 1 jam memiliki hasil yang sama yaitu sebesar 34 % , sedangkan terdapat perbedaan pada indeks perkecambahan yaitu sebesar 5,55 , dikarenakan terdapat perbedaan kecepatan perkecambahan biji kedelai setiap harinya. Begitu juga dengan biji kedelai yang direndam selama 2 jam , 3 jam dan 4 jam , memiliki nilai persentasi perkecambahan sebesar 40 %, 44 %, 38%. Dan nilai indeks kecepatan perkecambahan sebesar 5,63, 8,22, 6,5 . sehingga pada biji kedelai nilai persentasi dan indeks kecepatan perkecambahan yang paling optimal dan maksimal adalah pada biji yang direndam selama 3 jam. Dari histogram diperoleh bahwa prosentase jumlah biji yang berkecambah mulai dari tidak direndam, 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Semakin lama perendaman semakin besar presentase perkecambahannya.namun pada perendaman 4 jam persentase perkecambahan turun , yaitu dengan nilai sebesar 38 %, Sedangkan pengaruh perendaman terhadap IKP adalah semakin lama waktu perendaman, maka IPK juga akan semakin besar , tetapi pada perendaman selama 4 jam turun jika dibandingkan dengan perendaman selama 3 jam, yaitu sebesar 6,5 . 

BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan data dan analisis diatas , dapat diketahui bahwa harga persentase perkecambahan dan IKP ( indeks kecepatan perkecambahan) semakin lama pada proses direndam semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin lama biji direndam maka semakin besar masuknya volume air yang masuk  ke endosperma biji , sehingga membuat kulit biji menjadi lembab dan lunak , dan memungkinkan kulit menjadi lebih cepat robek, maka semakin cepat terjadinya perkembangan embrio dan endosperm lebih cepat terjadi, serta untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen (larut dalam air) kedalam biji. Sebaliknya pada biji yang tidak direndam, kulit biji menjadi keras sehingga proses perkembangannya menjadi lambat. Keberadaan air bagi biji akan mengimbibisi dinding sel biji dan menentukan turgor sel sebelum membelah. Air berpengaruh terhadap kecepatan reaksi biokimia dalam sel yang berhubungan dengan kerja enzim. Selain dikarenakan pengaruh dari air, slaah satu factor lain yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan perkembanagan perkecambahan biji kedelai adalah hormon tumbuhan. Ketika dormansi pada biji kedelai hilang, maka biji kedelai membentuk hormone giberelin dan hormone sitokinin, yang digunakan untuk mengungguli efek kerja dari penghambat pertumbuhan.  Dalam keadaaan tersebut, dilakukan perendaman dalam air maka biji pun akan berkecambah. Kadar air dalam sel berpengaruh terhadap pembentukan hormon, sehingga biji kedelai yang direndam selama 4 jam akan lebih cepat berkecambah sehingga IKP tinggi dan prosentase perkecambahan pun juga tinggi. Sebaliknya dengan biji kacang tanah yang tidak direndam yaitu memiliki IKP rendah akibat hormon giberelin dan sitonin ketika sudah dihasilkan tidak dapat diteruskan pada proses lebih lanjut yaitu perkecambahan akibat tidak tersedianya air. Oleh karena itu ketersediaan air mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan. Namun pada percobaan yang telah dilakukan terdapat perbedaan dengan teori bahwa pada proses perendaman biji kedelai selama 4 jam terjadi penurunan nilai persentase perkecambahan dan indeks kecepatan perkecambahan ( IKP ) . ini dikarenakan dari faktor letak  penanaman biji kedelai ., karena tidak hanya air dan hormon yang berpengaruh , namun jarak penanaman juga diperhatikan , agar perkecambahan kedelai optimal.


BAB VI
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh waktu perendaman biji kedelai degan kecepatan perkecambahan biji kacang kedelai . pengaruhnya yaitu, semakin lama proses perendaman biji kedelai , maka semakin cepat proses perkecambahan biji kacang kedelai. Sehingga nilai persentase perkecambahan dan indeks kecepatan perkecambahan semakin besar.
























DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, 1991. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta
Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Pengembangan
Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta
Kimball, John. 1983. Biologi jilid II edisi ke lima. Erlangga. Jakarta

Kusuma, Mita. 2013. “Fisiologi tumbuhan-pengaruh lama perendaman biji”                                    [online]( http://mitakd.blogspot.com/2013/05/fisiologi-tumbuhan-                               pengaruh-lama.html, diakses tanggal 31 Mei 2014).

Loveless. RA. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropika. PT. Gramedia
Utama. Jakarta.
Salisbury, FB., Ross, CW., 1995 . Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Penerbit ITB. Bandung
Santoso. 1990. Fisiologi Tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta














PENGARUH PERENDAMAN BIJI DI DALAM AIR TERHADAP PERKECAMBAHAN
ABSTRAK
Telah kami lakukan praktikum  tentang pengaruh perendaman biji di dalam air terhadap perkecambahan di kediaman oky purwo teo pambudi pada hari kamis tanggal 21 Mei  2014  yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji. Adapun metode yaitu merendam biji kedelai dengan manipulasi tidak direndam, direndam 1 jam, direndam 2 jam , direndam 3 jam dan direndam 4 jam , lalu menyiapkan 5 buah cawan petri yang berisi dengan 50 biji kedelai . Setelah itu mengamati perkecambahan biji kacang kedelai selama 5 hari dan dihitung nilai persentase perkecambahan dan indeks kecepatan perkecambahannya. Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh lama perendaman biji kedelai dengan kecepatan perkecambahannya. Pengaruhnya yakni semakin lama proses perendaman biji semakin cepat proses perkecambahannya. Persentase perkecambahan dan indeks kecepatan perkecambahan yang paling besar adalah proses perendaman selama 3 jam yaitu,44 % dan 8,22


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar